Saya bosan, bosan. Bosan kuadrat dengan rutinitas sehari2 yang cuma itu2 aja :). Tiba2 ide gila terlintas di pikiran saya. Pergi ke stasiun, beli karcis kereta, rutenya model kocokan atau pilih sambil tutup mata (berharap dpt bdg atau malang), nikmati perjalanan, esoknya dah tiba di daerah baru. Segar, menyenangkan.
Belum sempat melamun lebih jauh, ada sms masuk. "Mas, mau naik lawu ndak besok?" Gotcha!!! Mantap, selain emang butuh refreshing, belum pernah naik lawu e. Tanpa banyak ba bi bu, lgsg sms mas yusuf, minta ijin 2 hari buat ke lawu. Ok, ijin didapat, asal lap kelar lanjut siap2. Googling bentar ttg lawu kok katanya gunung mudah di daki ya + banyak warung di tiap pos. Yasudah ndak perlu bwa persediaan macam2 klo gitu. Singkat cerita kami dh pada kumpul buat briefing terakhir di lowerground jteti, waduh kok banyak banget pesertanya, dan rata2 anak 2011 (jadi berasa tua deh :p). Kita otw ke lawu via karanganyar.
Kami sampai di Lawu Rabu malam,
pas 1 Suronya, jadi pas rame – rame nya turun (hahaha,sial gara2 rame yang
ndaki bikin gantungan kuncinya habis
T.T). Oiya sekedar informasi, terdapat tiga jalur pendakian (yang saya ketahui)
lewat Jateng, Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, dan Candi Cetho. Nah nasihat buat
temen2 si, sebaiknya di konfirmasikan dulu sama team leader mau naik lewat
jalur mana. Saya kira lewat cemoro sewu atau cemoro kandang eeeh ternyata lewat
candi cetho, rute cemoro sewu dan cemoro kandang relatif mudah dan di tiap pos
ada warungnya (kalau menurut penduduk lokal, 2 rute tersebut merupakan rute
wisata), sementara candi cetho selain medannya lmyn, juga tidak terdapat warung
(lha ya iya, mana ada warung di gunung, hahaha). Bonusnya kalau kita lewat candi
cetho, kita bisa lihat candi cetho sama saraswati. Candi cetho sendiri terdapat
5 pos, pos 1 dan 2 masih bagus vegetasinya (tapi bikin licin kalau hujan @_@),
pos 3 – 4 berupa hutan mati (sekedar informasi sebulan kemarin rute lewat candi
cetho kebakar), pos 5 berupa sabana + bukit teletubbies, seletah pos 5 kita
bakal nemuin hargo dalem (makam dari Brawijaya alias sunan lawu), dan puncaknya
hargo dumillah. Nah di hargo dalem ini, kita bisa nemuin warun mbok yem yang
legendaris,katanya si belum afdol kalau naik ke lawu belum nyobain pecelnya
mbok yem, sayangnya kemarin Cuma kebagian sotonya saja, pecelnya belum matang
T.T, hahaha.
Ada cerita menarik dari Gunung
Lawu, alhamdulillah dari pos 1 – 3 saya tidak bermasalah, nah mulai dari pos 4
– pos 5 tiba – tiba tenaga saya hilang ditambah lagi hujan mulai turun dari pos
4. Terus terang saya takut sekali karena sepanjang naik belum pernah terjadi
spt ini. Sambil baca doa sebisanya, saya tetap jalan dan akhirnya bisa nyusul
rombongan. Setelah bikin tenda sama api unggun, kami langsung tidur, sebelum
tidur saya berdoa semoga besoknya lancar dan tidak terjadi apa2. Ah, tampaknya
doa tersebut belum dikabulkan
J,
waktu naik ke puncak tiba – tiba tenaga saya seperti terkuras (posisi sudah
sarapan), ndak tahu kenapa kok rasanya susah sekali,akhirnya sambil berdoa
akhirnya saya bisa sampai di puncak. Nah,anehnya waktu mau turun, alhamdulillah
ga terjadi kejadian aneh spt itu lagi bahkan rasanya badan sangat bugar. Mistik
atau ndak wallahu a’lam, semoga teman – teman ndak mengalami kejadian yang saya
alami
J.
Berikut dokumentasi trip ke lawunya
|
Foto Dulu di depan candi |
|
Pos 2 |
|
Yoyoyoi puncaaaak |
|
Tepar mulai pos 4-5 |
|
Waktu masih segar |
0 comments:
Posting Komentar