One's destination is not a place, but a new way of seeing things.
-Henry Miller-

Kamis, 27 Juni 2013

Wonderful Life (part 1)

The story itself began at June 26th. I was in the middle of doing some, well let’s say : a project; when my phone ringing suddenly. The voice in the spoke calmly yet very clearly: “Rian we schedule you an interview for wireline user in Monday at Cilandak KKO Building.” Oookay, at first I was like jumping for joy; but wait, monday? 
The very moment before my phone rang, I was browsing internet and looks like I was accepted as participant of IPA (Indonesian Petroleum Ascossiation) in the next saturday.

One day before that, I was asked to make a presentation about reliability design for the new airport in Kulon Progo, and the due date is 27th.

3 days before that, I was asked to make academic draft report for electricity policy in DIY.

And one week before that I was asked to make electricity roadmap planning for DIY 2013 – 2017.

Dont you think it's over, in that week (it means one week before the phone rang) my lecturer asked to write some  papers (YES, some papers not just a paper but 3 papers) :D

The sum up of all my feeling right now is this meme :
021.jpg
Well, okay Sir....

What a wonderful life I have :) #breathe deeply

-TO BE CONTINUED-

Rabu, 01 Mei 2013

Latex oh latex

Latex? Oh, ndak, ndak, sama sekali ndak. Saya ndak lagi ngomongin kondom (ya, hampir sebagian besar kondom itu dibikin dari latex). Yang mau saya omongin itu latex  word processing yang tenar buat standar penulisan paper atau karya ilmiah lain itu lho. 

Perjumpaan pertama saya dengan latex kira2 setahun yang lalu, ketika saya n hatta (teman, red) disuruh nulis paper untuk disubmit ke elsevier. Oiya, sebelumnya di tempat kuliah saya memang sejak sem 1 dah dikasi tau Pak Eka (dosen metopen) kalau latex itu pusakanya orang nulis paper.


Long story short, ceritanya mau clbk dengan latex nih, kalau dulu yg penting jadi papernya (ga paham latexnya), sekarang harus paham latex sepaham2nya :). Apalagi kalau bukan karena master Yohan yg mau ngajarin. Hahaha, memang teman saya yang satu itu suuuuuper sekali, hail to master Yohan :).

Ringkasan thesis pokoknya harus pakai Latex!


Kita ndak lagi ngomongin yg ini lho :p
Latex yg bener :D

Jumat, 14 Desember 2012

Wisuda @ puncak garuda

Ini sebenarnya cerita lama sih (sekitar 4 bulan lalu), dan agak malu-maluin kalau di ceritain, tapi gpp lah. Jadi ceritanya gini, kebetulan saya di wisuda sekitar pertengahan agustus, nah awal agustus sudah dapat toga dkk dan balikinnya akhir agustus. Iseng mau dibuat apa toganya (kalau teman2 lain si buat foto bareng pasangannya, nah kalau saya kan ga punya T.T), akirnya timbul ide gmana kalau wisuda di puncak garuda (agak arogan sih kalau dipikir, hahaha :p). Kenapa Merapi? Maunya si di wisuda di merbabu (secara anak salatiga gt :D ), tapi karena masih ada tangungan soal kawat netral ya cari yang bisa sehari semalam doang. Setelah minta ijin dari pak nengah - pak sarjiya – mas yusuf saya ditemani mas didit berangkat ke new selo. Sampai di base camp sekitar jam set 12, kami istirahat dulu sembari cek ulang kelengkapan. 


AAARRRGGGH, lupa bawa sleeping bag T.T, (ah, bodohnya). Mau balik dah ga sempet, mau pinjem juga ga mungkin (kalau ketahuan ga bawa pasti ga boleh naik), ah masa bodo, yg penting wisuda @puncak garuda harus tetap jalan. Hahhaha. Mulai naik sekitar jam set 3.



Kebetulan saya belum pernah naik ke merapi, jadi ndak tahu gmana kondisinya. Ooo, ternyata oh ternyata jalurnya full debu sama pasir (saya sarankan kalau mau naik merapi bawa masker juga). Dari selo, jalur ke puncaknya ada 2, kartini sama alternatif, kami lewat jalur kartini (kata mas didit lebih bagus si).  Alhamdulillah kami sampai di pasar bubrah sekitar j set 7 (setelah sempat tersesat karena ada kabut tebal). Oke, setelah bikin tenda + masak kami pun tidur (sembari berdoa semoga besok cerah). Oiy, karena saya ga bawa sb, sbnya mas didit di jadiin selimut ja, hahaha.


Sekitar jam set 5 kmi sudah bangun sambil nunggin sunrise, dingiiiiin. Sekar jam 5-an matahari mulai muncul, subhanallah indahnya. Setelah puas foto – foto kami lanjut bikin sarapan buat tambahan energi ke puncak. Perjalanan ke puncak lumayan susah karena kombinasi full pasir dan kerikil, kalau ga hati – hati bisa terjatuh. Setengah jam ndaki, akhirnya kami sampai ke puncak. Di puncak merapi sendiri ada kawah (dan lmyn angker katanya, dah beberapa oran terjatuh ke kawah karena pengin liat lebih dekat, emamg bagus si kawahnya). Oke, saatnya foto wisudaaaa, hahaa. Setelah motoin saya mas didit lanjut ke puncak garuda. Nah, saya mikir2, jalurnya itu lho curam banget (setelah erupsi), naik ndak ya. Akhirnya tas saya titipin dan coba naik, segala cara dilakuin mulai dari merangkak-rangkak sampai ndepel2 (apa ya bahasa indonesianya,pokoknya badan itu di pepetin ke dinding). Akhirnya sampai juga di puncak Garuda, yeaaaaaaaaaaaaaah. Puas sekali bisa sampai puncak Garuda, hehehe. Setelah puas liat viewnya kami pun turun. Perjalanan turun sendiri lumayan cepat, 2 jam kurang dikit, sampai di base camp sekitar jam 12. Istirahat + mandi bentar kami lanjut ke jogja J.
Sunrise @merapi
Long way to go :)
Ngos2an sampai puncak
F##k yeaaah,  wisuda @merapi
Pemandangan dari puncak

Puncak Garuda

Puncak garuda dari jauh

In Memoriam

Pemandangan Lereng Merapi


Sabtu, 01 Desember 2012

Trip to Lawu via Candi Cetho

Saya bosan, bosan. Bosan kuadrat dengan rutinitas sehari2 yang cuma itu2 aja :). Tiba2 ide gila terlintas di pikiran saya. Pergi ke stasiun, beli karcis kereta, rutenya model kocokan atau pilih sambil tutup mata (berharap dpt bdg atau malang), nikmati perjalanan, esoknya dah tiba di daerah baru. Segar, menyenangkan.

Belum sempat melamun lebih jauh, ada sms masuk. "Mas, mau naik lawu ndak besok?" Gotcha!!! Mantap, selain emang butuh refreshing, belum pernah naik lawu e. Tanpa banyak ba bi bu, lgsg sms mas yusuf, minta ijin 2 hari buat ke lawu. Ok, ijin didapat, asal lap kelar lanjut siap2. Googling bentar ttg lawu kok katanya gunung mudah di daki ya + banyak warung di tiap pos. Yasudah ndak perlu bwa persediaan macam2 klo gitu. Singkat cerita kami dh pada kumpul buat briefing terakhir di lowerground jteti, waduh kok banyak banget pesertanya, dan rata2 anak 2011 (jadi berasa tua deh :p). Kita otw ke lawu via karanganyar.

Kami sampai di Lawu Rabu malam, pas 1 Suronya, jadi pas rame – rame nya turun (hahaha,sial gara2 rame yang ndaki bikin gantungan kuncinya habis  T.T). Oiya sekedar informasi, terdapat tiga jalur pendakian (yang saya ketahui) lewat Jateng, Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, dan Candi Cetho. Nah nasihat buat temen2 si, sebaiknya di konfirmasikan dulu sama team leader mau naik lewat jalur mana. Saya kira lewat cemoro sewu atau cemoro kandang eeeh ternyata lewat candi cetho, rute cemoro sewu dan cemoro kandang relatif mudah dan di tiap pos ada warungnya (kalau menurut penduduk lokal, 2 rute tersebut merupakan rute wisata), sementara candi cetho selain medannya lmyn, juga tidak terdapat warung (lha ya iya, mana ada warung di gunung, hahaha). Bonusnya kalau kita lewat candi cetho, kita bisa lihat candi cetho sama saraswati. Candi cetho sendiri terdapat 5 pos, pos 1 dan 2 masih bagus vegetasinya (tapi bikin licin kalau hujan @_@), pos 3 – 4 berupa hutan mati (sekedar informasi sebulan kemarin rute lewat candi cetho kebakar), pos 5 berupa sabana + bukit teletubbies, seletah pos 5 kita bakal nemuin hargo dalem (makam dari Brawijaya alias sunan lawu), dan puncaknya hargo dumillah. Nah di hargo dalem ini, kita bisa nemuin warun mbok yem yang legendaris,katanya si belum afdol kalau naik ke lawu belum nyobain pecelnya mbok yem, sayangnya kemarin Cuma kebagian sotonya saja, pecelnya belum matang T.T, hahaha.
Ada cerita menarik dari Gunung Lawu, alhamdulillah dari pos 1 – 3 saya tidak bermasalah, nah mulai dari pos 4 – pos 5 tiba – tiba tenaga saya hilang ditambah lagi hujan mulai turun dari pos 4. Terus terang saya takut sekali karena sepanjang naik belum pernah terjadi spt ini. Sambil baca doa sebisanya, saya tetap jalan dan akhirnya bisa nyusul rombongan. Setelah bikin tenda sama api unggun, kami langsung tidur, sebelum tidur saya berdoa semoga besoknya lancar dan tidak terjadi apa2. Ah, tampaknya doa tersebut belum dikabulkan J, waktu naik ke puncak tiba – tiba tenaga saya seperti terkuras (posisi sudah sarapan), ndak tahu kenapa kok rasanya susah sekali,akhirnya sambil berdoa akhirnya saya bisa sampai di puncak. Nah,anehnya waktu mau turun, alhamdulillah ga terjadi kejadian aneh spt itu lagi bahkan rasanya badan sangat bugar. Mistik atau ndak wallahu a’lam, semoga teman – teman ndak mengalami kejadian yang saya alami J.

Berikut dokumentasi trip ke lawunya

Foto Dulu di depan candi 

Pos 2

Yoyoyoi puncaaaak

Tepar mulai pos 4-5

Waktu masih segar 

Kamis, 08 November 2012

Sate Sulung depan St. Tugu :)


Halo halo, siang siang yang terik gini enaknya makan soto ya :D


Hasil browsing internet, ketemu ada soto sulung Pak Malik di St. Tugu. Kalo dari review yogyes si begini, "Soto Sulung Stasiun Tugu adalah soto sulung yang paling legendaris di jantung Kota Jogja, kawasan Malioboro. Didirikan sejak tahun 1968, soto di sini menjadi kuliner yang digemari karena kelezatannya yang mampu membuat para pelanggannya tetap setia."


Keramaian di Soto sulung Pak Malik

Oke, lanjut ya gpl. Saya Kevin sama Taufik langsung otw ke st. tugu, agak kesasar si, karena pikir kami lokasinya di luar st. tugu, eh ternyata ada di dalam st. tugu. Sampai di warungnya, saya sm taufik pesen soto campur, kevin soto daging. Ketika di sajikan, lho kok nasinya ga ada?  Yup, inilah khasnya soto sini, nasinya di sajikan terpisah dibungkus daun pisang, kalau mau nasi ya tinggal ambil aja. (gbrnya saya ambil dari yogyes juga ya, karena ga bawa kamera, hehehe)

Pak Malik jualan soto sulung sejak Th. 1968 (sekarang dah digantiin anak nya)

Nah sotonya tanpa nasi, kalau mau pakai nasi ya harus tambah sendiri :)
Gmana rasanya? Maknyuuus (walaupun menurut saya masi enakan soto pak dalbe samping pizza hut deh). Si taufik yang asli madiun pun bilang maknyus juga kok, rasa sama presentasinya mirip sama soto sulung di madiun sana. Well, overall recommended lah sesekali di coba sotonya.

Harga
Soto campur : 6.5k
Soto daging : 9k
Es teh : 1.5k
Kopi susu : 3k
Nasi bungkus : 1k

Oiya, sediain uang 2k ya buat masuk st. tugu nya :) 

Sate Petir Pak Nano

Pedaaaaaaaaaaaaaas!!!
Hahaha, kurang lebih begitu teriakan yang terdengar dari dalam warung sate petir pak Nano ketika kami berkunjung disana. Saya, Argi, Taufik, dan Angga rabu malam meyempatkan diri nyobain sate petir yang katanya sangat kesohor di kalangan penikmat sate tersebut.

Sebenere kami berangkat jam set 4 sore, tapi karena motornya Argi bannya bocor ditengah perjalanan, terpaksa harus di ganti dulu. Masalah bertambah karena ternyata lokasi sate petirnya ga sesuai dengan yang ditulis di internet (sumbernya ga valid si :p), bilangnya kanan terminal giwangan lurus bentar, Tapi dicari kok ga ketemu2, alhasil kami tanya terus tiap ketemu lampu merah @_@. Yah, sekitar jam setengah 7 gitu, kita baru sampai di TKP. Ternyata oh ternyata sate petir pak nano itu dekat Godean (ya jauhlah Godean - Giwangan), perempatan giwangan lurus terus sampai ketemu perempatan lagi ambil kanan jalan lurus sekitar 200m tengok kiri jalan. Oiya bagi yang datang malam2 (seperti kami) hati2 ya karena tempatnya kecil jadi mungkin ga keliatan deh.

Semua keluh kesah dan sumpah serapah akhirnya terbayar ketika sampai di tempatnya pak Nano, belum lagi mau pesan, sudah ditanya mau cabe berapa? S1, S2? lho kok S1 S2? iya, disini level kepedasan di bilang dengan jenjang pendidikan. Total ada TK, SD, SMP, SMA, S1, S2, S3, dan Profesor. Karena baru coba ya saya dan Argi pilih Tongseng S2, Taufik Sate S1, dan si Angga Sate SMA. 

Ndak sampai 5 menit tongsengnya dah dianter sama ibu2 (istrinya Pak Nano), alamaaak isinya kok cabe semua T.T. Dengan ragu - ragu saya coba tongsengnya, pedaaaaas!!! (tapi enak si, dagingnya ga alot, lembut, dan bumbunya meresap). Semakin lama pedasnya berganti jadi pedas nagih (maksudnya ya pedas, tapi ya enak :p), karena penasaran saya memberanikan diri nambah cabe, ga main2 sama pak nano nya langsung di kasih cabe setangkup (se genggaman tangan). Mantaaaaap.

Harga disini saya kira fair ya, seporsi tongseng / sate super pedaaas 15k, nasi putih 3k, dan es teh 1.5k. Nambah cabe ga di itung, aahahahaha. Sebelum pulang kami sempetin dong poto2 bareng pak nano nya :p. Bagi yang belum pernah nyobain, ayo buruan coba, sayang banget loh ke Jogja tapi ga nyobain sate petir, masa kalah sama Om Deddy Corbuzier sama Beni bulo :p

#dokumentasi nyusul ya, belum dikasi sama si argi, hehhe

Sabtu, 27 Oktober 2012

Wonosobo - Dieng - Jogja Oh yeah

Hi, salam semuanya
Kebetulan saya habis dari wonosobo, yah semacam jalan2 buat melepas kejenuhan ngampus lah, hehehe :)
Saya sendirian ke wonosobo, sebenarnya mau rombongan bareng teman2 si, tapi kok sepertinya cuma berwacana doang yah :p, karena ga jadi2 ya sudah saya ke sana duluan deh.

Gmana kesananya? Siang sms tman minta nomer travel + kesediaan jadi guide --> sore telp travel --> malam berangkat.  Praktis tidak ada persiapan, bahkan sampai travelnya jemput pun saya masih main dota  mandi + belum siapin baju. Total ke wonosobo cuma modal pasta gigi sebiji doang :p. Oiya, travel nya bayar 50 ribu, mahal sih menurut saya, tapi yah mau gmana lagi, sudah malam dan adanya cuma itu e (klo ditunda besok, pasti ga jadi2)

Di sana ngapain? Seneng2 lah pastinya. Saya bangun j5 (cuma untuk menyadari klo wonosobo = salatiga, dingiin euy :D ). Lanjut jalan2 sekitar rumahnya bayu (temen), eee, ternyata ada taman wisata kalianget. ya kesana deh, tapi kok belum di buka ya? gampang, tinggal panjat pagar aja :D. Ada kolam renang air hangat lho di sini, enak banget dingin2 bisa berenang air hangat. oiy, karena namanya taman, disini juga ada tumbuh2an hijau lho, pemndangannya oke banget, cocok buat piknik keluarga.  Tiketnya berapa? Gratis tis tis, hahaha. Pulang dari taman, sekitar j6, langsung di ajak si bayu buat sarapan nasi megono + tempe kemul. Nasi megono itu nasi yang dimasak dengan sedikit air (jadi agak keras) terus di urap sama kubis sayur yang dah di bumbuin, enak banget apalagi dimakan bareng tempe kemul.

Selanjutnya, sekitar j10, bareng wawan, abi, dan adit (yang dah nunggu dari j8) kita berangkat ke air terjun si karim. Oiya, sebelumnya, karena nungguin pinjaman motornya lama, saya makan mie ongklok longkrang (mie ongklok plg enak di wonosobo). Mie nya gepeng, tipis2 dimakan sama sate ayam + tempe kemul, minumnya teh hangat, enaaak, total habis 11 rb (ya,karena satenya cuma 3 tusuk :p).
Mie ongklok longkrang, ambil dari yogyes karena ga sempet di foto, hehehe


Oke2, kembali ke topik ya, jadi air terjun si karim tu, semacam air terjun (ya iya lah air terjun) yang belum tersentuh (mungkin mirip silangit ya klo di purworejo) tapi ini jauuuuh lebih tinggi terjunnya. Jangan tanya gmana caranya ke sana ya (jalannya amburadul), yang penting sampai aja. oiy kami kedapatan menangkap basah dua sejoli yang tengah memadu kasih di sini (hayo, ngapain di tempat sepi berduaan aja :p), kita sebut mereka si A dan si B ya, soalnya ntar ada cerita tambahan tentang si A dan si B. wkwkwkwk

Air terjun si Karim :D
Turun dari si Karim, sekitar j12 kita cari musholla terus lanjut ke dieng :D, sebelum ke dieng mampir ke telaga menjer dulu dong :D. Telaga menjer itu ceritanya  terbentuk akibat dari letusan vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Dulunya air di telaga itu hanyalah dari beberapa mata air kecil di sekitar telaga dan juga mengandalkan curah hujan yang cukup tinggi didaerah ini. Pada zaman penjajahan Belanda dengan akan dibangunnya PLTA Garung dibawah telaga tersebut, maka dibendunglah sebagian sungai Serayu yang berada di sebelah utara desa Jengkol. Kemudian dialirkan melalui terowongan bawah tanah sepanjang ± 7 km dibawah perkebunan teh PT Tambi yang berada di sebagian wilayah Desa Kreo dan Tlogo. Untuk mengalirkan air dari telaga ini menuju PLTA, dibendunglah sebagian kecil dari telaga dan di bawahnya dipasang pipa dengan diameter mencapai ± 3m menuju ke PLTA yang berjarak sekitar 2 km.(ambil dari wikipedia). Karena cuaca dah mendung, kita di sini ga lama, cuma foto2 bentar terus lanjut ke dieng :D

@Telaga Menjer
Cuacanya semakin ga bersahabat, dan gtw mungkin karena om bayu + wawan segan kalau mundur (kasian saya maksudnya), ya lanjut aja, di pertigaan ke dieng, abi+adit memutuskan buat pulang karena cuaca mendung banget dan mereka ga  bawa jas hujan. Oke, berarti tinggal saya wawan + bayu. Lanjuuuut. Masi inget dengan si A dan si B, pasangan muda mudi yang kepergok tengah bermesum ria? Nah di gardu pandang ini, kita ketemu lagi sama si A dan si B, wkwkwkwk. Dan lucunya lagi si A dan si B langsung ngeloyor pergi begitu liat kami, wkwkwkkw

@gardu pandang dieng
Di dieng, ternyata hujan lmyn deras, ya sudah menepi dulu di rumah carica nya bu nur sekalian beli oleh2. lmyn lho, disini kami bisa liat gmana caranya manisan carica dibikin dan dikasi carica + keripik kentang gratis. Oke, karena hujannya dah reda, ya lanjut dong, dari tempatnya bu nur ke dieng ternyata cuma sekitar 15 menit, sebelum masuk ke kompleksnya kami rogoh saku masing2, masih ada berapa duit, karena mepet,ya kami sepakat buat liat 1 obyek aja (Oiya, di dieng ada model tiket terusan, jadi kita bayar 20rb di awal terus bisa liat telaga warna, kawah si kidang, dieng theatre, sama candi). Kita sepakat liatnya kawah si kidang aja. 

Well, kawahnya bagus, cuma sayang karena habis hujan asap belerangnya jadi banyak. Bagi yang jago fotografi recommended banget deh ke sini, pemandangan alamnya dan orangnya   bagus banget :D. 

@kawah si kijang
Oke2, saatnya pulang, sekitar j4 kami mulai meninggalkan dieng, pulangnya karena masi penasaran sama obyek yang lain, kami ambil rute lain (maksudnya biar bisa liat obyek yang lain :D), ooo ternyata candinya oke juga + penasaran sama dieng theatre. Perjalanan pulang kami sempetin liat perkebunan teh tambi yang katanya kualitas ekspor itu. -Bagi yang tertarik jalan2 ke tambi, ada lho paket outbond di tambi- Plg sampai wonosobo sekitar jam 5, oke sebelum balik pondokan, lanjut ke mie ongklok pak yadi dulu dong (ad yang bilang longkrang nomer 1, ad yang bilang pak yadi nomer 1, enak semua si), mie ongklok nya pakai mie bakso biasa, cuma satenya sate sapi.

@mie ongklok pak yadi, dengan muka kucel dan kumal,wkwkwk


Btw, saya baru sadar kalau orang wonosobo itu maniak sate >.<. Lha kok bisa? ya iya dong, masa ada yang pesen mie ongklok 1 tapi satenya habis 2 porsi (20 tusuk). Ini mana makanan utama mana condimentnya, kebalik2 kek na. J6 sampai rumah bayu, langsung mandi terus siap2 otw jogja. Sebelum pulang ternyata dah dimasakin sama ibunya bayu. Tebak, apa coba? SUP IGA, wkwkwk, asyiiik. Kapan ya terakhir kali makan sup iga? -maklum anak kos- Enak banget sup nya, tapi ada side effectnya nya nih, sepanjang malam ga bisa tiduur, mungkin efek dari daging kambingnya ya? Hahahaha

Oke, sampai di jogja sekitar jam 10 (pakai travel yang sama, bayar 50 ribu juga T.T) lanjut nonton TV sambil browsing2 (Lamb effect mode ON :D). Yeaaaaaah, wonosobo mantaap!!!

Fotonya ntar ya ...